Postingan

Belajar itu kualitas bukan kuantitas

Gambar
Dalam belajar wajar jika kita mengalami kegagalan. Itu hal biasa, semua orang pasti pernah mengalaminya. Aku, kamu, mereka, bahkan dia yang kita anggap mumpuni pasti pernah merasakan gagal. Gagal dlm belajar itu wajar, bukan luka apalagi aib. Gagal itu bukan untuk diratapi tapi di improvisasi-instropeksi diri, mana yang harus dibenahi mana yang harus di tingkatkan lagi. Jadikan kegagalan itu sebagai sarana untuk perbaikan diri, agar kedepannya kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Nggak usah insecure, nggak usah malu. Itu manusiawi. Ingatlah belajar itu perihal kualitas bukan kuantitas. Jadi di sini, dalam belajar menekankan pada pemahaman ilmu bukan hanya sekadar nilai. Nilai memang penting tapi, nilai itu bukan segalanya. Jadi perbaiki dulu kualitas belajar insya allah kuantitas nilai akan mengikuti. Jika kualitas baik maka kuantitas akan baik juga tapi jika kuantitas baik belum tentu kualitasnya baik, karena kuantitas bisa di dapat lewat jalur apa aja termasuk joki t

Sebenarnya kita "Bodoh" atau kurang dekat dengan " Allah"?

Gambar
  Manusia terlahir dengan sempurna, kapasitas otak pun dibuat sama (komposisi pas). Namun, semakin dewasa semakin dihadapkan berbagai tantangan, semakin kita merasa kalau diri kita itu foolish, bodoh, naif, dan lain sebagainya. Paradigma kita selalu mengatakan "AKU BODOH! AKU TIDAK MAMPU!" Paradigma itu akhirnya menjadi kebiasaan, yang pertamanya sekadar meremehkan diri , sekarang naik level lagi menjadi pesimis, self hate, incesure, dan endingnya stres berkepanjangan/ hatinya tidak tenang (selalu was-was). Sebenarnya fase tersebut merupakan simbol bagi diri kita untuk kembali kejalur-NYA. Mungkin akhir-akhir ini karena dikejar Dl atau target kita menomor duakan yng harusnya di nomor satukan dan menomor satukan yang harusnya di nomor duakan, dengan kata lain kita lupa siapa pemilik ilmu yang sebenarnya. Kita terlalu percaya diri "I can do it by my self" sampai melupakan siapa pemiliknya. Remember, ambis itu boleh, pengen cepat selesai itu wajar tapi kew

Pilih Mana, Terbaik atau Menarik?

Gambar
Berbicara tentang terbaik dan menarik, ada Kutipan indah dari buku "Tempat Pulang" kira-kira begini bunyinya "Berhenti meninggalkan yang terbaik, hanya karena ada yang menarik" Quotes di atas bukan hanya untuk perkara cinta, tapi juga perkara cita-cita. Sebagai manusia terkadang kita melenceng dengan planning/cita-cita kita. Terlebih bagi para remaja yang notabene nya sedang mencari jati diri, banyak sekali halangan-hasutan untuk manuver jalan keluar dari planning kita. Sebenarnya keluar dari planning itu hal yang biasa. Semua orang pasti mengalaminya. Gak papa kok melenceng dikit, enggak usah dipikir terlalu rumit. Kalau dirasa sedang melenceng dari planning alangkah baiknya berhenti dulu, tata ulang rencana dan tanya pada diri sendiri apa motivasi sebenarnya. Jika dirasa sudah alangkah baiknya berjalan lagi, sesuai planning dalam diri. Cobalah fokus pada tujuan jangan hasil. Mungkin ada banyak jalan pintas menunu planning kita. Tapi ingat jalan pintas tak sela

I have " THISABILITY" NOT "DISABILITY"

Gambar
  Mungkin setiap kali kita mendapatkan tantangan baru dalam kehidupan, ex pada saat sekolah dulu kita sering mendapatkan soal dari pelajaran yang kita benci (biasanya sih math & fisika). Kita merasa "ini bukan passion aku, passion aku mah di pelajaran analisis bukan itung-itungan" dan pada akhirnya perasaan itu membuat border bagi diri kita, kita menjadi malas, tidak mau explore, dan lebih parahnya lagi jika mindset "bukan passion aku" ini di gunakan untuk pembelaan diri agar terhindar dari sesuatu yang tidak kita sukai. Ini jelas salah! Memang sih setiap orang memiliki kemampuan sendiri-sendiri, tapi ingat mindset itu seharusnya tidak di pakai untuk "membela diri". Seharusnya kita lebih bijak dalam menghadapi hal ini, sebab tantangan dalam kehidupan bukan hanya perkara passion tapi juga perkara kerja keras kita. Untuk itu apapun itu tantangannya entah di sekolah, tempat kerja, kuliah, dan dimanapun tempatnya ketika kita mendapatkan tantangan yang

Sukses Itu Enggak Akan Kadaluwarsa, Pelan-Pelan Saja

Gambar
Meraih kesukasesan tentu impian semua orang. Tapi, terkadang kita terlalu tergesa-gesa dalam memperjuangkan "kesuksesan" Memang sih, sukses itu perlu diperjuangkan dengan tenaga extra. Tapi, kalau overload ya enggak bagus juga. Apalagi buat kesehatan mental kita. Yang ada bukannya bahagia kita malah tertekan. Kalau udah tertekan nanti timbul perasaan stres, marah-marah, dan akhirnya kita menyerap semua energi negatif hingga melupakan energi positif. Dan yang rugi siapa? Ya diri sendiri pastinya. Untuk itu mulai sekarang, kesuksesan itu enggak ada kadaluwarsanya jadi pelan-pelan saja, dan nikmati ritmenya. Sebagai manusia seharusnya kita menyicil dari aksi kecil dulu, dari perubahan kecil dulu, enggak papa hasilnya kecil. Kecil- kecil begini kalau konsisten dan sering melakukan evaluasi pasti nanti pasti akan berdampak besar juga. Daripada dimulai dari sesuatu yang besar tapi tidak konsisten maka bisa-bisa akan stuck di tengah jalan dan akhirnya semua planing bubar begitu

Mengagumi Potensi Orang, Mencintai Potensi Diri

Gambar
Mengutip dari kata-kata ilmuan tersohor kita, kira-kira begini bunyinya " Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid.” Albert einstein Terkadang Ketika melihat kawan kita, saudara kita, atau bahkan orng lain yang kita tidak kenal berprestasi perasaan iri, minder, insecure terlintas di diri kita. Sadar ga sih, kalau perasaan tersebut malah membuat mental kita makin menciut. Rasanya kaya manusia paling bodoh, ga guna, ga berbakat dan edingnya kita semakin menutup diri, lupa diri, atau bahkan nangis di pojokan (canda:) Tenang... Kalem... Jangan sedih dulu, kamu nggak sendiri kok. Coba bukalah sudut pandangmu, gunakan sudut pandang orang ketiga untuk menguak hal ini, ingat jangan sudut pandang orang pertama. Dan lihatlah ke dunia luar, perasaan tersebut adalah perasaan yang general. Siapapun pernah merasakannya. Tak terkecuali aku, kamu, kita, mereka, dia, dan bahkan orang yang sudah kita ang